Kamis, 03 Januari 2013

BURUH MIGRAN PEREMPUAN-PEKERJA RUMAH TANGGA : KONSTRIBUSI MAKSIMAL,PERLINDUNGAN MINIMAL


Ohayou News, Jakarta-Selasa(18/12). Tepatnya di depan Monas, Demo tentang Buruh Migran yang di perlakukan sewenang-wenang di negara lain.Globalisasi yang di tandai dengan investasi besar-besaran mmberikan dampak terhadap pemiskinan masyarakat,terutama perempuan. Faktor yang mendorong perempuan untuk bekerja keluar negeri demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Situasi ini juga di dorong dengan peermintaan akan pekerja rumah tangga ( PRT ) yang meningkat,terutama sejak Timur Tengah menjad negara minyak dengn pendapatan tinggi,dimana PRT yang bekerja di Timur Tengah sebagian besar berasal dari negara dunia ke 3 berkembang.
Diperkirakan 72% buruh migran indonesia adalah perempuan dan dari seluruh buruh migran perempuan ( BMP ) tersebut,92% di antaranya bekerja sebagai PRT. Menurut data ILO,biasanya, BMP-PRT, berasal dari daerah pedesaan miskin,terutama di jawa,dengan tingkat pendidikan,yang biasanya di bawah tingkat SLTP,dan tidak memiliki keahlian formal. Situasi ini rentang terhaddap kekerasa dan pelanggaran hak.
Minimnya perlindungan pada proses migrasi,semakin menempatkan buruh migran perempuan rentan menjadi korban trafficking. Pemerintah Indonesia sudah meratifikasi Konvensi Migran 1990 melalui UU NO. 6 tahun 2012 dan CEDAW melalui UU no. 7 tahun 1984,namun keseriusan pemerintah dalam melindungi Buruh Migran Perempuan masih belum maksimal.
(Ari)

0 komentar:

Posting Komentar